Wabah menyebar ke segala lapisan masyarakat.Perdebatan tentang bahayanya kian melebar kemana-mana.Berbagai fatwa dari bermacam-macam ahli dikerahkan.
Dari pakar kesehatan mengatakan bahwa wabah itu penyakit yang membahayakan.Dari pakar ekonomi mengklaim bahwa wabah menyebabkan resesi perdagangan.Pakar agama ada yang bilang bahwa ini cobaan.Pakar lingkungan bilang bahwa sebenarnya manusialah yang bersalah,dan memang mereka yang harus menanggungnya karena virus yang sebenarnya bukanlah apa yang kita sebut sebagai Corona itu,tetapi manusia yang rakuslah yang sebenarnya virus bagi bumi sebab memakan makanan yang aneh-aneh.Padahal,makanan yang lebih sehat masih banyak.
Di samping itu,mereka juga dengan gagah berani menjarah kekayaan alam sembarangan tanpa memperhitungkan masa depan.Jadi menurutnya,inilah cara bumi memproteksi tubuhnya sendiri dari eksploitasi manusia yang merusak kestabilan ekosistem alam karena manusia tidak punya hati menguras bumi secara transparan dan besar-besaran.
“itulah karmanya kalau kalian menyakiti makhluk lain di bumi dengan terlalu kejam.Bumi bisa lebih kejam lagi kepada kita.” Kata seseorang memperingatkan.
Namun demikian,masih banyak juga yang tidak percaya akan adanya virus Corona ini,seperti si Sipul yang nongkrong di kedai Mak Iyem siang itu.
“aku tak percaya ada virus begituan”, katanya,
“itu cuma konspirasi pertarungan politik.”
“yang bener aja?”
“ya bener”,
“menurutku.”
“halah, ngada-ngada lu.”
“iya ngada-ngada.”
“sesat!”
“penuduh!”
“terserah mau percaya atau enggak.”
“tapi kan bukan hanya di Indonesia yang gempar? Seluruh dunia juga terpapar!”
“tapi buktinya memang tidak ada yang ketularan di desa kita ini kan?”
“tapi kan bukan berarti tidak ada?”
“tau nih si Sipul.”
“hadeh, Pul, Pul. Jangan sembarangan menyimpulkan.”
Sipul hanya terdiam. Lalu dia beranjak dari tempat duduknya. Pamit pergi ke sawah.
“dah ya aku mau ke sawah”,
“mencari kesejahteraan. Hahaha.”
“ngomong apalagi tuh?”
“entah”
Kesejahteraan,ya kesejahteraan menurut Sipul mesti dicari sendiri.Lantaran kesejahteraan yang diperintahkan dan dijamin dalam Undang-Undang seolah-olah hanya menjadi jaminan palsu Negara dan hanya tinggal sebagai utopia.Jadi,buat apa menunggu dari pemberian pemerintah seperti penjilat.Mending kerja dan hidup dengan sebaik-baiknya.
***
Maka di sawah siang itu,kendati terik matahari meninggi tepat berbanding lurus dengan kepala para petani.Mereka terus bekerja yang bisa dibilang tidak hanya sekedar bekerja,melainkan juga sambil berbicara banyak hal.Termasuk soal isu pada masa wabah.
“eh, denger gak, katanya kita dapat bansos lho dari Kemensos! Untung juga ya ada wabah ini hahaha.”
“iya,lumayan buat makan atau bayar hutang.”
“hahaha,jangan ngarep lebih.Pasti nanti juga ditilap uangnya.” Sipul menyela dengan sinis.
“lha,maksudnya?”
“ya seperti biasa.Di mana ada makanan,di situ ada tikus.Di mana ada uang, di situ ada penggelapan.”
“ngomong apa sih lu Pul? Sok banget dah! Padahal kerjanya di sawah kayak kita.”
“gak ada maksud selain korupsi kan?”
“dih sok tau lu Pul,tau dari mana lu?”
“iya dari mana?”
“terserah mau percaya atau enggak”
“eh, terserah gimana? Ngawur banget dah.”
“padahal ini kabar baik.”
“iya betul itu.”
“lagian belum sampai ke kita kok bansosnya.Gimana mau membuktikan bahwa bansosnya dikorupsi?”
“berkata-kata kok tidak bertanggung jawab pada kata-katanya sendiri.”
“hahaha”, “sok bijak!” sahut Sipul sambil tertawa.
“eh nyrocos.”
Hampir saja orang yang berkata terakhir itu membacok Sipul karena kesembarangannya si Sipul.Untung orang yang berkata terakhir itu masih memiliki sedikit kesabaran dan memahami bahwa Sipul memang agak sinting.
“udah dia emang sinting setengah miring.”
***
Beberapa hari kemudian.Di sore hari,sehabis selesai bertani.Sipul duduk santai di teras rumahnya sambil memainkan hpnya.Dan tiba-tiba saja berita pertama yang nongol di depan matanya berjudul: Gelimang Korupsi Dana Bansos.
Melihat kenyataan itu,Sipul menyeringai.
“hehehe apa kubilang,pasti dalam keadaan apa pun koruptor pasti beraksi.Hatinya sudah batu.Hahaha”,”dasar manusia wabah! Mana sekarang yang lebih sinting,aku atau mereka? Hahaha……”,
“hahaha…..”.
***
“eh Pul,lu percaya virus gak?”
“ya percaya lah,virus Corona dan manusia virus kan?”
“tapi beberapa hari lalu kamu gak percaya kan?”
“ya aku cuma menirukan kata beberapa konspirator.”
“tapi bahaya kan wabah itu?”
“ya, bahaya terutama wabah yang berwujud manusia.”,
“bukan hanya membunuh manusia lain tetapi membunuh hati nuraninya sendiri,” “hahaha..”
“hahaha Pul.. Pul…”
“apa?”
“entah”
“hahahahahahaha……”
Penulis: Syukron MS
Editor: Mst. R & Bilal
Layouter: Rohim
0 Komentar