SETELAH ITU
Jika fisikmu sudah habis menjadi tanah, dalam bentuk apa kita akan dipertemukan?
Agama berkata bahwa bentukmu selanjutnya adalah ruh. Mungkin seperti angin.
Dikatakan bahwa kamu bisa melihatku sedangkan aku jelas tidak bisa.
Sains kemudian menimpali bahwa energi tidak pernah hilang, ia hanya berubah bentuk.
Jadi, apakah dapat dipastikan energimu masih ada di dunia ini?
Mungkin saja kita kembali bertemu setelah menjadi seperti angin.
Kita bisa pergi bersama kemanapun kita mau.
Akan ku ajak kamu terbang ke tempat-tempat yang belum sempat kita kunjungi ketika masih memiliki fisik.
Tunggu... Pikiranku diracuni cerita fantasi. Aku bingung, setelah fisik ini tiada. Apa bentukmu selanjutnya?
Aku ingat sains juga pernah berkata bahwa kematian adalah pemberhentian terakhir.
Apakah artinya kamu akan musnah?
Bagaimana dengan energimu yang dulu bisa membuatmu tersenyum itu?
Aku benar-benar bingung.
Aku hanya bisa bertanya tanpa seorangpun mampu menjawabnya.
Tidak ada yang tau pasti.
Tapi aku pernah mendengar sesuatu.
Konon, energi dalam otak yang selalu menanyakan tentang "siapakah aku?" Akan tetap hidup.
Mungkin energi itu yang akan menjadi dirimu selanjutnya.
Tapi apakah setelah itu kamu masih mengenalku?
Apakah dengan demikian, gelak tawa itu bisa menyibukkan telingaku lagi?
Seperti dulu, ketika kamu masih memiliki fisik.
Adalah sederet pertanyaan mengerikan yang muncul setelah kepergianmu.
Agama terus meyakinkanku bahwa kamu akan bahagia.
Menemui keluargamu yang telah mendahuluimu.
Dan berkumpul di sana. Entah di mana.
Gambarannya seperti engkau memiliki fisik kembali.
Tersenyum bersama dapat berbahasa dan tertawa.
Hujan 23:07
TENTANG ZA
Za, kemuning senja sore ini mengingatkan aku pada gelak tawamu
Ketika kau berlari-lari di belakangku menelusuri garis pantai
Aku yang berfokus pada senja yang hendak usai, sejatinya sedang memperhatikanmu Kau tak pernah hilang dari tatapanku
Sejak kusadari bahwa kepergianmu sudah setahun lalu
Mataku tiba-tiba basah
Aku terlalu takut untuk jujur
Egoku beranggapan bahwa ini karena aku terlalu lama membuka mata
Tapi hati ini tidak dapat dikelabui
Ia terus-menerus menyebut namamu berulang tak berhenti
Seakan namamu sudah menjadi nafas bagi tubuh ini
Ketika senja sudah pergi, kegelapan sama sekali tak merenggutmu dari tatapanku
Ia lebih suka menceritakan kenangan kita dua tahun lalu
Ketika kita duduk di bangku sudut kota Memperhatikan gemerlap lampu dan lalu lalang orang-orang dari kejauhan
Kala itu dirimu berkata bahwa akan hidup lebih lama untuk melihat senyumku
Aku tersenyum lebar, tak sedikitpun terbesit perpisahan hadir dalam cerita kita
Dalam kegelapan yang menyelimuti arah pulangku selepas senja
Sesuatu menyambar dari dalam dada
Rasa sesak itu memenuhi tubuhku hingga aku bergetar dan terjatuh
Tanpa sadar mulutku memanggil-manggil namamu
Aku tak pernah sepakat untuk kehilanganmu secepat ini
Aku benar-benar merasa sangat sendiri Za
Kuharap Tuhan menyampaikan tangisku padamu, agar kau tau aku tak berubah
Aku habiskan waktuku untuk memberitahu semesta,
Bahwa aku masih mengingatmu
Sebelum ini terjadi padaku, aku tak percaya Laila dan Majnun itu nyata
Bahwa Romeo dan Juliet itu ada
Aku sama sekali menolak keaslian naskah tentang mereka
Detik ketika aku menerima kabar kematianmu
Aku sadar bahwa kehidupan sedang memberiku penjelasan tentang itu
Senja 07:30
MENUNTUT SESAL
Adakah jawabnya kasih yang luhur itu
Hanya berbalas ingkar yang dibongkar zaman
lapuk dan hilang tak berbekas aman
Waktu telah merenggutnya menjadi berarak sampah
Yang mengapung di tepi pantai
Ikan, dugong dan burung dibunuh lalai
Lalu menjelma sepecut api yang membakar hutan
Menghabiskan rumah celeng, kijang dan bekantan
Bumi telah salah merawat makhluk berambisi setan
Dunia berbicara kepada kita
Tentang keluh-kesah beranak manusia
Ketika alam menjadi murka
Tampak banyak manusia berduka
Menjilat jejak tingkah buruk kelakunnya
Memelas meminta ampunan semesta
Konsumerisme, deforestasi, exploitasi, polusi
Adalah sederet keserakahan yang mengakar di otak modernisasi
Tak pernah terdengar kata cukup dari toa peradaban ini
Atas nama kebaikan dan kemakmuran
Gedung-gedung jangkung perkantoran didirikan
Tanah bersemak rumah belalang ditancap beton
Sungai dikeruk menampung limbah plastik berton-ton
Tiada angan membalas asuh yang sejak lama tertuai tumbuh
Untuk sekedar menaja asih pada bumi yang telah ringkih
Kelam 18:18
HYPATIA
Hypatia...
Adiratna indah milik Alexandria
Ia dikaruniai berlian dalam kepalanya
Seluruh keindahan ada padanya
Dimanapun ia berdiri disitulah orang-orang berada
Ia sebening mata air yang dengannya para musyafir mengusir dahaga
Hypatia...
Dengan darahmu aku tau
Bahwa orang buta tidak hanya mereka yang tidak melihat
Dengan kegelisahanmu aku tau, Hypatia
Ketika kau menggaris-garis pasir untuk berbicara rasi bintang
Ketika kau diseret-seret segerombol orang
Aku tau Hypatia...
Aku tau bahwa manusia baik tidak pernah berumur panjang
Hypatia...
Dipenganuhi Plotinus di satu sisi kau cukup beruntung
Aku melihat mereka mengemis kepadamu
Dari kalangan mereka yang kerap diminta, kini meminta, Hypathia
Itu sebabnya kusebut kau beruntung
Tapi Hypatia...
Mendengar kabar itu orang-orang terbakar
Mereka merangas menebar gigi tajamnya
Aku tidak mengerti
Hypatia...
Di musim panas itu, di balik puing-puing yang rapuh
Petrus datang di atas nama Sirilius
Ia disokong tangan-tangan yang salah memahami kitab suci
Mereka merenggut hak Hypatia melihat bintang untuk selama-lamanya.
IA KECEWA
Izinkan aku berbicara melalui mulut orang yang kecewa
Supaya kelak aku lebih adil mengahadapi kenyataan
Aku kadang lupa bahwa untuk meyakinkannya kesekian kali, adalah suatu kesukaran
Aku tergesa-gesa menelantarkan kata di layar perpesanan kita
Maaf jika selama ini aku tidak mengerti bahwa kau titipkan hati untuk ku isi
Aku paham bahwa maafku takkan pernah sampai
Bagaimana mungkin ia tersampaikan Sedangkan tempat maafnya terpenuhi rasa kecewa
Aku memberanikan diri bercerita tentang penyesalan
Meskipun belum tentu ada yang sudi mendengarnya
Aku telah membuatmu putus asa ketika bersandar di pundakku
Ku takut ada pundak lain yang bersedia hadir untukmu
Lalu-lalang bayangan kisahmu berpamitan bersama senja
Kuharap esok fajar menghibur hatimu yang terlajur kecewa.
Penulis: M. IMAM AL-FAQIH lahir di Probolinggo
Contact : muhammadimam014@gmail.com
Editor: Mustain Romli
Design/Layouter: Rohim
0 Komentar