Perpustakaan Lantai Tiga
suara bel itu berbunyi, pertanda buku-buku yang kubaca harus segera tutup. perpustakaan harus tidur. cerita-cerita bersambung. kata-kata sejenak berhenti sinambung.
terdengar lembut suara pengumuman dari seorang perempuan yang entah siapa. dari jauh, menggunakan loud speaker atau recoderkah? tak penting lagi bagiku. bukankah keduanya hanyalah alat, dan yang terpenting adalah pesannya.
aku berjalan melangkah ringan menyusuri lorong lengang di sela tumpukan ribuan buku. lantai tiga blok humaniora. terdengar lagi suara yang lain dari seorang perempuan. hinggaplah penasaran ingin tahu darimana sayup suara itu berasal.
belok kiri jalan laju. ada tempat duduk yang sunyi ditinggalkan penghuninya sekian menit yang lalu. tinggal kenangan yang merekat pada kayu. pelitur yang mulai luntur karena diduduki sekian banyak kutubuku. barangkali, apa saja yang utuh akan luntur pada waktunya karena sering ditumpuki kenangan dan ingatan yang bergegas menjadi lampau.
jika kuteruskan dua tiga langkah lagi ke depan. tak tertanggungkan betapa malunya aku. gadis kecil itu asyik melantunkan hafalannya di halaman yang ke sekian puluh. ku pandangi seluruh penjuru. suara riuh dari alam lain terdengar jelas bagiku.
aku takut dan malu, disaksikan sedang mengintip seorang perempuan oleh beribu tokoh yang hidup dalam alur. aku pura-pura ngelindur untuk menutupi denyut nafasku yang cepat mengecang-kendur.
agar mukaku tak dapat dikenali dan masih punya harga diri. buru-buru aku turun ke lantai satu. mendata pinjaman buku, check out, mengambil tas, membiarkan bekas. bergegas keluar tunggang langgang dengan gemetar.
dari belakang, gadis kecil itu mengejarku. setelah aku berhenti, dia bilang "ini perasaanmu, tadi tertinggal di mukaku. jangan dibiasakan menancapkan perasaan sembarangan ke masa lalu."
esoknya, aku selalu rindu pergi ke perpustakaan lantai tiga itu.
Kepada Salsa
/
di pinggir jalan
kata-kata timbul tenggelam
kopi, susu, susah dan senang
bercampuran malam itu
/
saat kuselam rawa matamu
mata yang ceruk dalam
kau seolah sila di sela udara
ratap kelam hitam dunia
/
serupa cahaya
kau temaram yang pendiam
sementara aku anak kecilmu
sandar terbuai di tiang tubuhmu
sampai akhirnya malam semakin malam
aku pun tenggelam dalam dahaga
/
entah siapa membisikkan
kepada lembar daun monstera
yang kini kian akar pohonnya
makin menjalar ke tanah huma
/
sekarang, aku pun paham
kepada siapa harus berpulang;
/
Salsa
Nota Kecil untuk Cinta
aku mencintaimu
tanpa kata-kata yang menipu.
tanpa umpama yang terlalu.
tanpa isyarat apapun.
aku mencintaimu
–dengan atau tanpa aku—
menyatakannya.
aku mencintaimu
dan hanya itu yang ku tahu
Penulis: SYUKRON M.S
Editor: MST. R
Design: ROHIM
0 Komentar