Perjalanan politik dengan realitas
seringkali berseberangan dari yang seharusnya. Jika pada hari ini menyatakan
demikiran. Maka belum bisa dipastikan di hari-hari berikutnya juga demikian.
Padahal jika tujuan terbesar politik adalah meraih perhatian publik (suara
rakyat) yang berakhir pada kekuasaan. Maka tugas utamanya tak lain dan tak
bukan, mewujudkan apa yang menjadi cita-cita luhur untuk rakyat. Sebab tanpa
suara rakyat, untuk menduduki kursi negara sangatlah sulit terpenuhi. Apalagi
di negara demokrasi, kekuasaan tertinggi ada pada rakyat.
Maka tentu, ketika politik yang
dijalankan sama sekali tidak pro rakyat. Rakyat tidak akan menyambut dengan
baik, justru malah nyinnyiran yang didapatkan. Semakin pintar para kaum elite
menempatkan dirinya di situasi tertentu. Peluang empatik dari rakyat tidak akan
terlalu sulit diraih. Jika memang, adanya beberapa baliho-baliho yang
bertebaran hanya stagnan pada persoalan popularitas. Catatannya adalah apakah
cara yang dilakukan sudah tepat? Meski sekarang, popularitas mudah didapatkan.
Tidak Koherensi
Mari kita perhatikan pergerakan
politik akhir-akhir ini. Beberapa partai sedang gencar-gencarnya mendirikan
baliho di pinggir jalan raya. Menonjolkan fotonya sedemikian besar dan
sedemikian berkesan. Dengan dibumbui beberapa sepenggal kalimat yang mungkin
untuk menarik minat rakyat. Kalaupun adanya baliho itu berkaitan erat dengan
kontestasi politik 2024 (pemilihan presiden). Maka bisa dipastikan bahwa tujuan
daripada memasang baliho adalah upaya mengenalkan kepada masyarakat Indonesia,
siapa saja yang akan maju diperhelatan politik 2024 nanti.
Akan tetapi, strategi yang ditempuh
justru berbanding terbalik dari yang seharusnya. Mengapa demikian? Karena
jelas, negara kita saat ini sedang mengalami krisis kesehatan akibat hantaman
pandemi yang masih belum berakhir. Krisis ekonomi, juga dialami oleh rakyat
yang mengalami kesulitan mencari nafkah. Krisis pekerjaan akibat di-PHK oleh
tempat kerjanya. Krisis kemanusiaan, yang belakangan ini dipertontonkan oleh
beberapa petugas PPKM di lapangan, berikut juga aksi koruptif yang
diperlihatkan oleh para pejabat.
Mengapa yang ditempuh oleh mereka
(yang mungkin akan maju di pilpres 2024) lebih kepada baiho-baliho yang sama
sekali tidak ada korelasinya dengan keadaan negeri ini? Padahal bukan tidak
mungkin rakyat tidak mengenal kepada para calon presiden mendatang. Sebetulnya
yang dibutuhkan masyarakat Indonesia dari pemimpin negeri ini bukanlah
ucapannya. Tetapi bukti nyata apa yang akan disumbangsihkan kepada bagsa dan
negara.
Dibutuhkan Strategi yang Pas
Para elite politik seharusnya bisa
mengambil langkah yang sifatnya memberikan jalan atau jawaban atas
persoalan-persoalan yang melanda bangsa dan negara ini. Apa yang sedang
dihadapi bangsa dan negara ini mesti dijadikan prioritas utama untuk mewujudkan
kepercayaan rakyat dan kemakmuran rakyat. Modal baliho saja tidak cukup,
apalagi isi di baliho tersebut sama sekali tidak relevan dengan tantangan hari
ini dan ke depan.
Dalam berpolitik, berpikir panjang
dan terbuka terhadap keadaan sekitar sangatlah penting. Gagasan-gagasan apa
yang akan diusung (misalnya pemberantasan korupsi secara berkala, menuntaskan
persoalan HAM yang sampai hari ini masih banyak ketimpangan, pandemi dan
ekonomi yang tidak selesai-selesai), kinerja seperti apa yang akan dilakukan.
Semua itu akan menarik daya tawar rakyat untuk memilihnya menduduki kekuasaan. Jangan
menganggap bahwa tugas rakyat hanya memilih. Tetapi rakyat juga memilah siapa yang pantas mendapatkan
kepercayaan memimpin negara ke depan. Terlepas apakah nanti kinerja yang
disuguhkan betul-betul sesuai dengan gagasan atau justru meninggalkan pahit.
Di sisi lain, pola komunikasi yang
sebelum dan sesudah pandemi datang harusnya menjadi catatan penting bagi para
elite politik. Kalau dulu sebelum pandemi, para calon presiden bisa melakukan
atraksi politik berupa kampanye di beberapa daerah. Tetapi saat ini, kegiatan
politik dipaksa dengan jarak jauh alias tidak bisa melakukan kampanye. Hal
tersebut merupakan tantangan dan jawaban bagi para calon presiden. Nah mirisnya
yang terjadi hari ini, para elite politik sibuk mengurusi baliho-baliho yang
tak sejalan dengan problem bangsa dan negara ini. Mestinya lewat baliho-baliho
itu, para calon presiden bisa memaksimalkan betul. Sehingga komunikasi tetap
berjalan dan gagasan yang akan dibawa bisa dikenal masyarakat.
Akhir dari tulisan ini, ia yang
melihat ketimpangan di mana-mana. Dan tidak tergerak untuk menanggulanginya.
Maka masa depan bangsa ini akan terus dihantui kegagalan. Ketika politik yang
digencarkan hanya mentok pada popularitas melalui baliho disejumlah pinggir
jalan raya. Bisa dipastikan, cita-cita para elite politik berbanding terbalik
dengan cita-cita bangsa dan negara ini. Wallahu A'lam.
Penulis: Mustain Romli
Layouter: Rohim
Layouter: Rohim
0 Komentar