Tahun ajaran baru menjadi momentum bagi mahasiswa baru untuk meneguhkan jati dirinya. Ada beberapa fase yang akan dihadapi. Mulai dari kegiatan yang bersifat akademik, maupun pengasahan skill individu mahasiswa. Tentu kesempatan ini tidak boleh berlalu begitu saja, tanpa tekad kuat untuk menempa diri, menggembleng mental, dengan menggantungkan rasa malu terlebih dahulu. Dalam artian, masa-masa beproses tidak mengenal malu, karena hal tersebut dapat memenjarakan kita bergerak lebih leluasa.
Di lingkungan kampus, tidak sama seperti udara segar saat duduk di bangku sekolah. Seorang yang telah berstatus mahasiswa akan dituntut untuk menghirup beraneka ragam udara yang mengidap di paru-parunya. Udara itu akan terus mengalami sirkulasi, sampai membentuk jiwanya menjadi lebih tangguh sesuai dengan idealisme seorang mahasiswa.
Udara yang mengandung unsur idealisme itu tidak hanya berterbangan di dinding kelas saja, akan tetapi menyusup ke segala tempat; warung kopi,emperan masjid, gasebo, dan kantor komisariat organisasi. Hiruplah udara itu sesuka hati, untuk membentuk pribadi yang memiliki keterampilan sosial. Lamban laun, jati diri seorang mahasiswa akan semakin teguh. Dan prinsip yang menjadi pegangan hidupnya akan menjadi tangguh.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membentuk pribadi mahasiswa yang ideal. Salah satunya adalah berkecimpung di organisasi, baik intra maupun extra. Biasanya, momen penerimaan mahasiswa baru menjadi ajang bagi organisasi untuk meraup kader baru sebanyak-sebanyaknya. Berbagai upaya dilakukan, untuk memantik perhatian dan menarik hati calon kader barunya.
Di masa-masa perekrutan inilah setiap organisasi mulai membusungkan dadanya, seolah-olah mereka yang paling baik dan bisa menjadi tempat ternyaman untuk berlabuh. Woro-woro (pengumuman) terpampang memenuhi seantero kampus. Di mana ada mahasiswa baru, di situ mereka mulai mengakrabkan diri. Lalu diresmikan melalui kegiatan MAPERCA. Dengan agenda memberikan selayang pandang seputar organisasi masing-masing.
Pada umumnya, berproses di suatu organisasi tidak jauh berbeda dengan organisasi manapun. Perbedaanya terletak pada orang itu sendiri. Jika seorang organisator serius dalam berproses, maka ia akan menuai hasil yang setimpal. Di sisi lain, doktrin senior menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jati dirinya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa di antara doktrin yang disusupi terkadang tak lepas dari kepentingan pribadinya. Maka untuk membentengi diri dari hal-hal yang dapat menjerumuskan, haruslah pandai membaca karakter diri setiap orang.
Namun dalam berproses, khususnya di organisasi, tidak lepas dari adanya resiko. Perjuangan memang penuh resiko. Bahkan seringkali mengancam masa depan kita. Inilah yang menjadi alasan mayoritas orang menghindar dari organisasi. Namun ketahuilah apapun yang terjadi, pasti akan ada nilai hidup yang dapat kita petik dan menjadi modal untuk memperbaiki langkah selanjutnya menjadi lebih baik. Dan justru berbagai masalah yang menimpa itu dapat menggembleng mental dan menuntut kita untuk bersikap lebih dewasa.
Sekali lagi, jangan takut untuk melangkah. Sebab, rasa takut akan mengutuk seseorang menjadi serupa sampah yang berserekan. Sama sekali tidak memberikan kontribusi yang berarti, justru hanya menjadi beban, bahkan mengganggu orang-orang di sekitarnya. Fenomena ini sudah menyusup di setiap jiwa mahasiswa dewasa ini. Warung kopi yang biasanya menjadi pergulatan ideologi, justru di isi oleh perkumpulan HP miring (istilah pecinta game). Ini lebih miris dari seorang mahasiswa yang hanya sekedar masuk dan keluar jam kuliah saja.
Lalu, di manakah tempat yang bisa mengubah gaya hidup seorang mahasiswa menjadi lebih ideal? Sudah barang tentu di lingkungan yang menuntut hidupnya untuk bersikap lebih dewasa, yakni sebuah wadah organisasi. Karena, organisasi merupakan miniatur kehidupan masyarakat. Kita akan bertemu dengan orang yang memiliki bermacam-macam karakter dan pola pikir yang berbeda. Keadaan ini mengajarkan bagaimana cara menyatukan frekuensi, tanpa menyinggung perasaan satu sama lain. Untuk mencapai hal tersebut, ideologi dari setiap organisasilah yang dapat mejembataninya.
1 Komentar
Mantap Dinda 👍
BalasHapus