Seorang aktivis sering kali lupa akan beberapa hal yang mereka anggap tak penting untuk di perjuangkan. Berkiprah pada satu organ saja dalam sebuah organisasi yang menjadikannya rumah dan tumbuh subur. Padahal yang mengantarkannya pada sebuah label aktivis adalah jati dirinya sendiri sebagai mahasiswa yang terkadang terlupakan dalam fikiran.
Berjuang sekuat tenaga membentuk karakter diri, berbenah dalam satuan bendera organisasi dalam menuntaskan visi misi perjuangannya. Namun mereka lupa ada hal dan sebuah tanggung jawab lain yang mereka tinggalkan dan mereka lalaikan yaitu dunia akdemis
Terkadang dunia akademis hanyalah sebagai singgahan dikala sedang senggang sehingga lupa untuk menuntaskannya. Terlantung lantung tak jelas akan status kemahasiswaannya yang sangat miris jika dilirik dan di jadikan sebuah contoh pada diri orang lain
Tirai antara organisasi dan akademis tak bisa mereka buka secara bersamaan. Sehingga tak menciptakan bahwa salah satu insan cita yang tertuang dalam tujuan Hmi yaitu Insan akademis tak tuntas dan tak jelas arahnya.
Berbagai argumenpun bertebaran bahwa seorang aktivis tak mampu menyelesaikan visinya sebagai mahasiswa akademis melainkan hanya bisa menuntaskan misinya sebagai seorang organisatoris saja.
Hal tersebut yang harus kita tepis bahwa oragnisasi dan akademis bisa berjalan beriringan dan bisa tuntas dalam masa yang sama. Sama sama mencari passion dalam kedua, membentuk jati diri dan karakter dalam lingkup keduanya. Sehingga kita sama sama mampu mewujudkan visi misi akademis dan tujuan sebuah organisasi tanpa melalaikan salah satunya
Tak ada perbedaan atas keduanya. Tonggak ukur kesuksesesan seseorang bisa dicari di mana saja. Tetepi jika keduanya kita satunya makan kita akan merasakan betapa manisnya perjuangan ditengah lika liku tirai perbedaan.*
*) Halimatus Sya'diyah
Ketua Umum KOHATI Cabang Probolinggo
0 Komentar