Ticker

6/recent/ticker-posts

Puisi-Puisi Ayu Andila|Rintik Sendu

 

 
Puisi puisi ayu andila, ayu andila adalah salah satu kader aktif HMI komisariat Abu nawas dan bagian mahasiswa dari UNIVERSITAS NURUL JADID PAITON. 
 
Alasan Ayu Andila membuat puisi adalah  "emang dari SD suka baca dan   ngambil buku*  yang sudah di buang di gudang sekolah terutama cerpen* yang tentang sejarah dan perjuangan rakyat dari situlah muncul imajinasi* yang kemudian di tuangkan ke puisi*  setelah memasuki   kelas 2 SMP  minat saya gak ada lagi  baru kuliah jadi pengen mengagas dari awal lagi", kata Ayu Andila.
 
Dan alasan Ayu Andila ingin mempublikasikan karyanya berbentuk puisi adalah "Karana sudah lama tidak menulis dan tidak membaca jadi pengen menjajal lagi, pengen   memperbaiki kepenulisan dengan kritikan dan masukan temen* HMI  mengajak temen berani mempublikasikan hasil kita meskipun  menurut kita sendiri tidak layak untuk di publikasikan Karena dengan begitu  kita bisa banyak tau di mana letak kelemahannya kita". 
 
Yunda Ayu Andila
Kader aktif HMI Komisariat Abu Nawas Unuja


PUISI-PUISI AYU ANDILA*

CINTA YANG KANDAS
Aku selalu ber andai-andai atas keyakinan ku
Selalu ku harap kisah  kita akan berlabuh di pelaminan
Yang kemudian akan melewati hari-hari indah 
Dalam istana sederhana
Menikmati keluh, kesah bersama
Dengan hembusan nafas yang saling terdengar
Namun, itu hanya khayalan yang membodohiku
Yang lupa akan sang pemilik takdir.
Dalam hal ini aku selalu menyalahkan diri ku
 Ku sangka aku yang tak berusaha
Namun nyatanya doa mu menyebut nama yang berbeda 
 
Paiton, April 2021

RASAKU
Kau tau, saat ku dapati kabar mu ada dua rasa yang harus
Bisa ku  kombinasikan sulit namun harus tercampur
Ia adalah  rasa  bahagia dan terluka
Rasa luka ketika kau begitu mudah
Menghapus nama ku dan menganti dengan nama baru
Rasanya itu  sangat pekat sampai aku
Benar- benar tidak bisa merasakan apa-apa lagi,
Bahagia ku karna kau telah menemukan kebahagia baru mu
Tapi tak perlu ku cerca diri mu terlalu mendalam
Karna aku tau di sini juga terdapat salah ku
Terlalu dalam menempatkan mu  di dalam hati ku.
 
Paiton, April 2021

TELAGA RASA
Panas matahari yang begitu ganas
Tanpa rasa bersalah ia membakar rasa ku
Menjadi rintikan rindu dan   kemudian
Menempel di tebing-tebing kalbu
Mendidih menjadi candu
Kau   telah memetik jantung ku
Wajah mu  telah  tertempel di bilik-bilik jantung 
 Ku coba untuk  menggerakan
Otot-otot di sekitar rahang dan jemari ku
Untuk sesekali menyampaikan rasa ini
Entah apa yang menahannya
Aku benar- benar tidak bisa melakukanya
Aku tidak bisa mengakuinya.
Membuat ia tetap sebagai rasa yang semu tanpa temu
Tetap sebatas angan tanpa sua,
Hanya pada rabbo ku bisa berceloteh
Tentang rasa ini
Duhai kau ijinkanlah cahaya menyetuh dahimu
Untuk mengahantarkan doa-doa hening ku
 
Paiton, April 2021
 
SEMBILU
Teruntuk hati bersabarlah dengan Pahit yang kian pekat
Teruntuk diri teruslah tersenyum 
Meskipun tak kau  jumpai   bahagia di dalamnya
Teruntuk jiwa berdamailah
Dengan segala ke gersangan yang  menyapa .
Teruntuk masa lalu  terimaksih atas semua sakit,
Yang kau perkenalkan.
 
Paiton, April 2021
 
JADILAH TAKDIR KU
Wahai purnama  kau membangunkan ku
Dari ke angkuhanku  tentang  rasa
Yang aku kira aku tak bisa merasakan itu 
Sekarang   bisa begitu mudah tumbuh
Wahai purnama, kau telah membuat jiwa
Yang awalnya tenang menjadi meronta
Membuat aku begitu malu  untuk
Sekedar hanya mendengar nama mu 
Membuat otot- otot ku  lumpuh seketika
Wahai  kau purnama yang bersembunyi
Di balik tabir doa ku, 
Dengan wangi bak misik
Senyum yang sangat angkuh nan rupawan.
Kau tak pernah sadar betapa kamu
Telah membuat ku gila.
Hingga  aku sangat ingin  menjadi angin
Untuk bisa menjadi teman di setiap waktu
Dan menyaksikan  senyum yang  selalu menggangu tidur ku.
 
Paiton, April 2021
 
RINTIK SENDU
Ku kira aku  benar telah melihat,
Separuh  bulan tenggelam di dasar wajah mu,
Entah hanya halulinasi ku 
Tapi aku benar- benar mempercainya
Dan menjadikannya tendensi.
Kata-kata yang berterbangan dari bibir indah mu,
Selalu ku  menggemboknya 
Kemudian ku buang kuncinya sehinga tak siapapun
Dapat membukanya
Tetapi bulan yang aku lihat itu
Tak benar-benar ada
Ia hanya semu, ucapan mu pun
Tak benar-benar nyata ia hanya sekedar bias mu.
Lalu pada siapa aku harus mencerca  perihal sakit ini?
Hati, asumsi, termometer, atau harapan ku?
 
Paiton, April 2021
 
PEREMPUAN TERHEBATKU
Remang-remang nampak terlihat   bayang – bayang
Dengan badan yang sudah tidak seimbang
Akibat digerogoti usia
Saat orang- orang sibuk menyulam selimutnya
Dan meneruskan  rajutan mimpinya
Kau basuh muka keriput mu dengan air wudhu
Tak kau gubris dingin angin malam
Yang menyelinap masuk kesela pori- porimu
Yang hanya tertutup kain  tipis itu.
Kau sulam bait demi bait doa’ mu
Yang disitu kau pajang nama ku
 Tetesan air mata mengalir
Memenuhi kelopak mata indahmu
Menghantarkan bisikkan lembut mu dengan  robmu
 
Paiton,April 2021



Editor : Kanda Rohim
Publisher : Admin


Posting Komentar

0 Komentar