Kebijakan pemerintah terkait PPKM terus menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Banyak pihak yang dirugikan, sebab membatasi mereka dalam mengais rezeki. Yang lebih ekstrim lagi, aparat tak segan memberikan teguran keras bagi mereka yang tetap mangkel. Di media sosial sempat viral tentang kasus pedagang yang di baku hantam oleh aparat, bahkan berujung ke meja hukum. Dan banyak lagi kasus-kasus serupa bermunculan dan menjadi trending topic. Tercatat 35 kasus dari 245 dugaan pelanggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang terjaring melalui Operasi Aman Nusa II yang dilakukan oleh Penyidik Polda Metro Jaya.
Tak bisa dielakkan, bahwa PPKM adalah sebuah ikhtiar pemerintah menyikapi wabah yang kian merebak ke seantero Indonesia. Namun solusi justru tidak menghasilkan solusi. Pasalnya, solusi yang dilakukan pemerintah dalam mencegah rantai penyebaran covid 19 melahirkan berbagai masalah. Sebab ketidakseimbangan antara kebijakan pemerintah dengan kenyataan di lapangan. Sehingga sering kita temui masyarakat yang tetap beraktivitas demi melangsungkan hidupnya. Sindiran-sindiran atas nama membela rakyat disuarakan dan memenuhi beranda media sosial.
Selain amarah terhadap PPKM, rakyat kembali disulut oleh kelakuan-kelakuan menteri yang semakin ugal. Terutama pada kasus bansos kemarin. “Masih tega melakukan penggelapan di tengah-tengah keadaan seperti ini”. Sindir seorang jurnalis sekaligus host Narasi TV. Korupsi telah mendarah daging di negeri kita. Rasanya tidak sah menjadi menteri kalau belum dapat untung. Selama belum ketahuan, ambil saja terus.
Perpanjangan PPKM level 4 oleh bapak presiden membuat rakyat semakin kebal. Bahkan dijadikan bahan lelucon oleh para pegiat media sosial. Seperti konten-konten tiktok yang secara terang-terangan meledek. Ini adalah bentuk ekspresi pudarnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Yang paling mencolok timbul dari pihak medis. Tanpa malu mempermainkan ongkos tes kesehatan. Mirisnya lagi, pelayanan yang diberikan tidak maximal. Orang yang dicap reaktif, bisa dipastikan meninggal di rumah sakit. Jika memang virus ini mematikan, seharusnya tidak pilih-pilih tempat. Bisa jadi di tengah keramaian pasar langsung meninggal. Tetapi yang banyak terjadi justru di rumah sakit, tempat yang sudah dijamin bersih dan sehat. Ini mencurigakan.
Pertanyaanya, bagaimana cara meyakinkan masyarakat bahwa virus ini benar-benar ada? Tidak adakah inisiatif membuat alat yang langsung dapat mendeteksi tanpa embel-embel indikasi? Pokemon saja bisa dicari, masak pathogen (makhluk mikro parasit atau virus) gak bisa? Atau jangan-jangan ini menjadi permainan demi anggaran pemerintah yang menggiurkan? Empat pertanyaan saja cukupkan? Tidak perlu sebanyak Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang menjatuhkan 75 pegawai KPK?
Keluhan masyarakat serentak senada. PPKM menciderai kebutuhan paling vital, yakni bekal hidup sehari-hari. Keadaan ini membuat Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), dan sejumlah asosiasi lainnya meminta pemerintah memberikan kelonggaran operasional selama PPKM. Dengan catatan seluruh pedagang atau pengusaha tetap memperhatikan protokol kesehatan. Dengan ini, roda ekonomi terus berjalan, apalagi industri manufaktur, kritikal, esensial, dan pasar ekspor.
Tentu kelonggaran ini tidak boleh disalahgunakan. Peraturan PPKM akan berubah seiring perkembangan kondisi masyarakat. Semakin bijak kita menyikapi, Indonesia akan segera pulih. Bukan hanya rakyat saja yang harus dimintai pengertian, melainkan semua pihak. Mulai dari pejabat atasan sampai orang-orang yang diamanahi mengurusi pelosok-pelosok desa. Saat ini rakyat hanya bisa berpangku tangan kepada pemerintah. Selama gerbong terdepan melaju sesuai jalur, yang belakang tak akan tersesat.
Kesadaran mulai dibangun dari diri sendiri. Epiktetus, filsuf penganut paham stoisisme, mengajarkan supaya segala tindak tanduk kehidupan harus dihadapi dengan penuh kesadaran. Yakni sadar terhadap apa yang ada pada diri kita dan yang bukan kehendak kita. Segala masalah yang terjadi bukanlah karena masalah itu sendiri, tapi persepsi yang tidak dilandasi dengan kesadaran. Ajaran yang di bawa oleh Zeno ini bisa menjadi fondasi atau prinsip dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kita sadari betapa pandemi ini melelahkan. Dan semua berharap kondisi kembali membaik seperti semula.
Penulis: Ahmad Hirzan Anwari
Editor: Mustain Romli
Layouter: Rohim
0 Komentar